Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersama BBGTK tegaskan urgensi peran generasi muda dalam menjaga keberlangsungan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Hal ini disampaikan oleh Nuryati, S.S., Widyabasa Ahli Pertama, pada acara Klinik Bahasa dan Sastra melalui siaran Radio Edukasi baru-baru ini.
Pemuda Penjaga Bahasa adalah sebutan bagi generasi muda yang melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia sekaligus bahasa daerah. Mereka berperan aktif dalam berbagai program kebahasaan, salah satunya melalui peran duta bahasa (dubas) pada krida duta bahasa dan krida konten yang menyasar pelajar hingga mahasiswa.
Menurut Nuryati, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga rekam jejak suatu bangsa. Perubahan zaman membuat kosakata bahasa daerah tergerus, misalnya istilah dalam pertanian, yaitu bajak yang kini jarang dikenal generasi muda karena tergantikan mesin traktor. “Bahasa adalah jejak sejarah dan identitas budaya. Kalau tidak didokumentasikan, banyak istilah akan hilang,” jelasnya.
Sehubungan dengan hal itu, Balai Bahasa Provinsi DIY menyusun berbagai program pelindungan, pengembangan, dan pembinaan bahasa, termasuk revitalisasi bahasa daerah, sayembara penulisan buku, serta literasi berbasis terjemahan. Duta bahasa hadir sebagai garda depan yang menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sekaligus menjaga agar bahasa daerah tidak makin terpinggirkan.
Menjaga bahasa merupakan tanggung jawab bersama, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa. Bahasa daerah dipandang sebagai pembentuk karakter dan penanda etnis, sedangkan bahasa Indonesia menjadi pemersatu bangsa. “Kalau bukan kita yang bangga dengan bahasa sendiri, siapa lagi? Bahkan, banyak orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia, itu harus jadi penyemangat,” ujar Pembina Duta Bahasa Provinsi DIY tersebut.
Selama mendampingi duta bahasa, tantangan yang dihadapi cukup beragam. Salah satunya adalah perbedaan latar belakang peserta yang tidak selalu menguasai bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa. Meskipun demikian, hal itu justru menjadi pemicu semangat untuk terus berupaya menjaga keberadaan bahasa daerah agar tidak hilang. “Bahasa daerah adalah pembentuk jati diri yang penuh kearifan lokal, tetapi generasi muda juga harus menguasai bahasa Indonesia dan bahasa asing untuk bekal masa depan,” tambahnya.
Selama 2 tahun terakhir, Duta Bahasa DIY telah menorehkan prestasi meraih posisi tiga besar di tingkat nasional. Tahun ini Duta Bahasa DIY kembali dipersiapkan untuk tampil dalam ajang nasional pada 8 September 2025 mendatang. “Kami berharap Duta Bahasa DIY dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan prestasi. Dukungan dari berbagai pihak sangat penting agar perwakilan kita dapat mengharumkan nama DIY di kancah nasional,” tutup Nuryati.