Siaga Bahasa: 08112654302 Email: balaibahasadiy@kemdikdasmen.go.id

Informasi

Artikel Berita

Menghubungkan Dunia melalui Bahasa dan Budaya: Peran Program BIPA dalam Memperkenalkan Indonesia ke Kancah Global

Risqa Rahma Rasendria
Ryan Priatama
Duta Bahasa Provinsi DIY 2024

Apa yang terjadi ketika budaya yang beragam dipertemukan dengan bahasa yang dinamis? Sebuah fenomena menarik muncul. Bahasa Indonesia yang dahulu hanya dikenal di wilayah kepulauan Nusantara kini telah melintasi samudra dan menyapa dunia. Dengan lebih dari 270 juta penutur asli, bahasa Indonesia kini menduduki posisi keempat sebagai bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia. Lebih lanjut, pada November 2023 bahasa Indonesia telah diresmikan sebagai salah satu bahasa resmi dalam Sidang Umum UNESCO. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional terbuka lebar.
Langkah strategis dalam usaha internasionalisasi bahasa Indonesia telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Program BIPA merupakan program yang dirancang untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing yang tidak memiliki latar belakang dalam berbahasa Indonesia. Program tersebut bertujuan agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia secara alami dalam komunikasi. Program BIPA memiliki karakteristik yang khas karena pemelajarnya sudah menguasai bahasa pertama (B-1) dan berasal dari latar budaya yang berbeda-beda. Selain itu, pemelajar memiliki berbagai tujuan belajar, seperti mempelajari percakapan praktis, membaca, menulis, atau melanjutkan studi di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, program BIPA makin diminati, terutama oleh pekerja dan pelajar asing yang menetap di Indonesia. Menurut data terbaru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pada tahun 2023 lebih dari 20.000 warga negara asing (WNA) terdaftar dalam program BIPA di berbagai lembaga pendidikan di seluruh Indonesia. Program itu telah berkembang pesat dengan lebih dari 130 lembaga, termasuk perguruan tinggi, pusat kebudayaan, dan lembaga kursus bahasa di berbagai penjuru. Pertumbuhan program BIPA yang signifikan menunjukkan peningkatan minat dari masyarakat internasional untuk mempelajari bahasa Indonesia yang didorong peran strategis Indonesia di panggung global dan kerja sama internasional yang makin erat. Hal itu juga mencerminkan upaya Indonesia dalam mempromosikan bahasa dan budaya sebagai bagian dari identitas nasional di mata dunia.
Selain berfungsi sebagai sarana untuk mempelajari bahasa, program BIPA juga menjadi media penting dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia. Peserta program tidak hanya tertarik pada kosakata dan tata bahasa, tetapi juga pada kisah dan makna budaya yang tersemat di dalamnya. Hal itu sejalan dengan upaya internasionalisasi bahasa Indonesia yang makin gencar dilakukan.

Pembelajaran BIPA berbasis budaya tidak hanya membantu orang asing yang akan tinggal lama di Indonesia dalam menguasai bahasa Indonesia, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang budaya Indonesia yang beragam. Dengan pendekatan tersebut, pemelajar tidak hanya dilatih dalam keterampilan bahasa, tetapi juga diajarkan nilai-nilai budaya dan adat istiadat Indonesia sehingga memungkinkan mereka untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan lebih baik di lingkungan setempat. Oleh karena itu, penting agar pembelajaran BIPA mencakup unsur-unsur budaya Indonesia yang unik sehingga pemelajar tidak hanya menguasai bahasa verbal, tetapi juga memahami konsep budaya setempat secara menyeluruh.
Generasi muda Indonesia, dengan semangat dan kreativitas yang tinggi, memainkan peran penting dalam menjaga dan mengenalkan bahasa dan budaya Indonesia melalui program BIPA. Mereka membawa budaya Indonesia ke dalam setiap pelajaran dan menjadikan proses belajar tidak hanya tentang tata bahasa, tetapi juga tentang memahami jati diri bangsa. Motivasi yang kuat mendorong para pengajar BIPA untuk mengabdikan diri dalam mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia kepada dunia, salah satunya ialah Marcus.
“Saya terdorong mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia karena saya ingin membagikan pengalaman yang berharga dari pesan-pesan filosofis bahasa dan budaya kita sebagai wujud dari sikap luhur kita sebagai masyarakat Indonesia yang selalu menjunjung kebajikan, kebijaksanaan, persatuan, dan persaudaraan yang erat. Selain itu, saya juga ingin mengerti lebih dalam keberagaman suatu bangsa untuk dapat saling berbagi dan membangun hubungan baik dengan semua orang di seluruh dunia,” ujar Marcus, seorang pengajar muda BIPA di Yogyakarta, saat ditanya motivasinya mengajar BIPA. Mengajar BIPA bagi mereka adalah kesempatan untuk memperkenalkan kekayaan bahasa Indonesia sebagai sebuah cara untuk menanamkan rasa hormat dan kagum pada setiap kata yang diucapkan dalam bahasa Indonesia.
Gambar 1. Pembelajaran BIPA oleh Pengajar Muda, Marcus

Di sisi lain, Yogyakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan Indonesia menjadi destinasi utama bagi para pemelajar yang ingin mendalami bahasa Indonesia secara menyeluruh. Adriana, seorang pemelajar BIPA dari Amerika Serikat, mengungkapkan pendapatnya tentang kota ini. “Jogja merupakan tempat yang bagus sekali untuk dikunjungi pertama kali ketika ke Indonesia dan di Jogja saya bisa mengunjungi tempat budaya yang menarik.” Pernyataan tersebut mencerminkan bagaimana Yogyakarta, dengan kekayaan budayanya, menjadi pilihan utama bagi banyak pelajar internasional yang ingin merasakan langsung pengalaman berbahasa dan berbudaya Indonesia. Pengalaman itu tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka tentang bahasa dan budaya, tetapi juga mendukung misi pengajaran BIPA untuk menjembatani budaya dan bahasa Indonesia dengan dunia luar.
Gambar 2. Wawancara dengan Adriana, Pemelajar BIPA dari Amerika Serikat

Adriana juga menambahkan bahwa keberadaan komunitas dan lembaga BIPA sangat membantunya dalam proses belajar bahasa Indonesia. “Belajar bahasa Indonesia di sini membuat saya merasa lebih terhubung dengan masyarakat setempat dan membuka kesempatan bagi saya untuk berteman dengan lebih banyak orang,” ujarnya. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa belajar bahasa Indonesia memberikan pengalaman yang lebih mendalam dalam memahami budaya Indonesia, terutama kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sebelumnya mungkin terasa asing baginya. Hal itu menegaskan betapa pentingnya integrasi sosial dan budaya dalam pembelajaran bahasa.
Di kota ini, berbagai lembaga pembelajaran BIPA menawarkan program yang tidak hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga membuka pintu bagi pemelajar untuk merasakan langsung kebudayaan Nusantara. Salah satu lembaga yang bergerak di bidang itu adalah Wisma Bahasa. Wisma Bahasa tidak sekadar menawarkan kursus bahasa, tetapi juga memberikan pengalaman mendalam yang menggabungkan pengajaran bahasa dengan kekayaan budaya lokal. Dalam setiap sesi pembelajaran, para pemelajar tidak hanya diajak untuk memahami tata bahasa dan kosakata, tetapi juga untuk menyelami budaya Indonesia melalui berbagai aktivitas interaktif.

Dalam proses mengajarkan bahasa Indonesia, budaya selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman belajar. Berdasarkan wawancara Tim Duta Bahasa Provinsi DIY, Agung Siswanto, Manajer R&D Wisma Bahasa, menekankan pentingnya integrasi aspek budaya dalam setiap materi pembelajaran di Wisma Bahasa. Meskipun tidak di setiap pelajaran, muatan budaya sering kali hadir dalam bentuk catatan atau contoh-contoh kontekstual yang membantu siswa memahami penggunaan bahasa dalam situasi budaya tertentu. Misalnya, saat siswa mempelajari tata bahasa dan penggunaan afiksasi, mereka juga diperkenalkan pada cara penggunaan bahasa dalam berbagai konteks budaya yang berbeda. Dengan pendekatan tersebut, bahasa tidak hanya disampaikan secara teoritis, tetapi juga melalui contoh nyata yang memperkaya pemahaman siswa dalam konteks yang lebih luas.

Selain itu, Wisma Bahasa sering mengadakan lokakarya yang memberikan konteks budaya pada bahasa yang dipelajari. Contohnya adalah pelibatan seni tradisional, seperti batik, gamelan, dan tari Jawa. Salah satu kegiatan pembelajaran yang paling menarik adalah kunjungan ke situs bersejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk Kotagede. Di sana para pemelajar dapat merasakan langsung atmosfer sejarah dan budaya yang menjadi latar belakang bahasa yang mereka pelajari. Kunjungan itu dimulai dengan memperkenalkan sejarah Yogyakarta, termasuk mengunjungi makam-makam raja di kawasan tersebut. Di lokasi itu, siswa diajak untuk memahami tradisi lokal, seperti kewajiban mengenakan pakaian tradisional dan melepas sandal saat memasuki area makam.
Gambar 3. Pemelajar BIPA Mengenakan Pakaian Tradisional Khas Daerah Istimewa Yogyakarta

Selama mengelilingi Kotagede, siswa diperkenalkan pada berbagai jenis tanaman yang tumbuh di sekitarnya dengan disertai penjelasan mendalam tentang setiap tanaman dan manfaatnya. Mereka diajarkan tentang pohon yang kayunya digunakan untuk membuat keris dan gagangnya serta tanaman putri malu yang memiliki khasiat obat. Selain itu, mereka mengunjungi tempat-tempat yang menjual makanan khas dengan disertai penjelasan tentang makna sejarah dan budaya di balik hidangan tersebut. Siswa juga diajak untuk memahami nilai-nilai lokal, seperti tepa selira—etika menunggu dan bergantian saat berjalan di gang sempit.
Gambar 4. Pemelajar BIPA Membaca Infografis di Kawasan Kota Gede dalam Bahasa Indonesia

Semua kegiatan itu dilakukan dalam bahasa Indonesia sehingga para siswa tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga menyerap sejarah, tradisi, dan etika lokal. Kegiatan seperti field trip ini dilakukan berdasarkan permintaan siswa sehingga Wisma Bahasa akan mengatur kunjungan sesuai dengan minat mereka. Kunjungan ke Kotagede, misalnya, sering kali melibatkan pengalaman interaktif yang mendalam, termasuk acara adat tertentu yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Dengan pendekatan itu, Wisma Bahasa berhasil menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya fokus pada penguasaan bahasa, tetapi juga pada pemahaman mendalam akan jati diri dan warisan budaya Indonesia. Para pemelajar diajak untuk melihat bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat komunikasi, melainkan juga sebagai cerminan dari nilai-nilai dan tradisi yang ada di balik setiap kata yang diucapkan.
Gambar 5. Pemelajar BIPA Berkomunikasi Langsung dengan Warga Lokal Kota Gede

Pentingnya pendekatan interaktif dan kontekstual dalam pembelajaran BIPA makin nyata dalam mengembangkan kemampuan bahasa pemelajar sekaligus memperdalam pemahaman mereka tentang budaya Indonesia. Program BIPA tidak hanya mengajarkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi juga membawa pemelajar menyelami nilai-nilai, tradisi, dan sejarah yang menyatu dengan bahasa tersebut. Dengan cara itu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai jembatan yang memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia serta membangun pemahaman antarbangsa yang lebih dalam melalui bahasa yang dinamis dan budaya yang beragam.
Seiring dengan meningkatnya peminat program BIPA, masa depan pengajaran bahasa Indonesia tampak sangat menjanjikan. Bahasa Indonesia kini tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga menjadi bagian penting dari percakapan global. Keberhasilan itu merupakan hasil dari upaya kolaboratif antara pengajar, lembaga pendidikan, dan para pemelajar yang bersama-sama menciptakan ruang agar bahasa Indonesia dan budaya Nusantara dapat berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia.

Referensi
Arisul, A. & Wismanto, A. (2014). Bahan ajar bahasa Indonesia ranah sosial budaya bagi penutur asing (BIPA). Jurnal Sasindo, 2(1), 6–15.
Brown, L. (2023). Challenges and opportunities in teaching Indonesian as a foreign language. International Journal of Language Teaching, 18(4), 112–130.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2023). Statistik program BIPA 2023. Diakses dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2023/07/statistik-program-bipa-2023 pada 22 Agustus 2024.
Nugroho, A. (2023). Integrating Cultural Context into Language Learning: The BIPA Experience. Language and Culture Review, 22(1), 77–89.
Rohimah, D. F. (2018). Internasionalisasi bahasa Indonesia dan internalisasi budaya Indonesia melalui bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). An-Nas: Jurnal Humaniora, 2(2), 199–211.
Sari, D. & Hadi, R. (2022). The role of cultural immersion in language acquisition: case study of BIPA in Yogyakarta. Journal of Indonesian Language Education, 15(2), 45-60.
Smith, J. (2023). Understanding Indonesian culture through language learning: insights from BIPA. Lembaga Studi Budaya.
Yogyakarta Tourism Board. (2024). Cultural and educational tourism in Yogyakarta. Diakses dari https://www.yogya-tourism.com pada 22 Agustus 2024.
  • CIOBET88 4D SLOT

    SLOT GACOR HARI INI CIOBET88

    LIVE SCORE BOLA CIOBET88