Duta Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Ryan Priatama dan Risqa Rahma Rasendria, memimpin langkah inovatif dalam upaya pelestarian budaya melalui krida bertajuk “Ksatria”. Krida ini merupakan bagian dari program revitalisasi bahasa dan sastra daerah yang menargetkan naskah kuno sebagai objek utama.
Naskah kuno, menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, adalah dokumen tertulis yang berusia minimal 50 tahun dan memiliki nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, serta ilmu pengetahuan. Namun, keberadaan naskah-naskah tersebut berpotensi tidak terhiraukan atau hanya menjadi koleksi semata. Survei yang dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengungkapkan bahwa mayoritas siswa sekolah dasar tidak mengetahui, apalagi memahami, isi serta arti naskah kuno tersebut.
Kendala utama yang dihadapi adalah akses terbatas untuk membacanya dan tingkat kesulitan tinggi dalam memahami naskah kuno yang ditulis menggunakan aksara dan bahasa yang tidak lagi akrab bagi generasi saat ini. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri memiliki banyak koleksi naskah kuno, termasuk perpustakaan khusus di Pura Pakualaman yang menyimpan naskah “Sestra Ageng Adidarma”. Naskah itu ditulis dalam bentuk tembang macapat yang sarat akan nasihat moral serta ajakan berintrospeksi diri. Nilai filosofis dan historis dari naskah seperti itu sangat tinggi dan akan sangat disayangkan jika tidak diwariskan kepada generasi berikutnya.
Guna mengatasi tantangan tersebut, krida “Ksatria” berupaya mengalihwahanakan naskah kuno ke dalam bentuk komik yang lebih mudah dipahami oleh anak-anak berusia 10–13 tahun. Komik tersebut dirancang untuk mendukung pembelajaran di sekolah dasar dengan harapan dapat menjadi media pelengkap yang memperkaya pemahaman siswa terhadap nilai-nilai budaya dan moral yang terkandung dalam naskah kuno. Selain tersedia dalam bentuk buku fisik dan elektronik, komik ini dilengkapi dengan versi audio dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Versi audio diharapkan dapat memperluas akses bagi siswa, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus, seperti tunanetra, sehingga semua siswa dapat menikmati dan menggunakan komik ini sebagai bahan ajar yang inklusif.
Manfaat dari krida ini meliputi konservasi dan revitalisasi bahasa dan sastra daerah berbasis sekolah, pengenalan naskah kuno sebagai warisan budaya kepada anak-anak dengan cara yang asyik dan menarik, serta penumbuhan nilai-nilai moral Pancasila yang terkandung dalam naskah “Sestra Ageng Adidarma” kepada siswa. Selain itu, versi audio yang tersedia memberikan akses yang lebih luas kepada penyandang disabilitas, khususnya tunanetra, untuk ikut merasakan dan memanfaatkan materi ini sehingga mendukung inklusivitas dalam pembelajaran sastra dan budaya.
Krida “Ksatria” dilaksanakan sebagai persiapan untuk ajang Duta Bahasa Nasional 2024, tetapi tujuannya tidak berhenti di situ. Lebih dari sekadar persiapan kompetisi, upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pelestarian budaya yang berkelanjutan, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan fondasi yang kuat ini diharapkan nilai-nilai budaya dan sastra daerah terus hidup dan tetap relevan bagi generasi mendatang sehingga menjadi warisan yang tak lekang oleh waktu.
Krida “Ksatria” mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, terutama di lingkungan pendidikan. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan literasi, memperkuat nilai-nilai budaya, dan mencegah hilangnya warisan sastra daerah yang berharga. Dengan langkah inovatif ini, generasi muda diharapkan dapat lebih mengenal dan mencintai warisan sastra daerah serta mampu menerapkan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Kegiatan ini menjadi contoh nyata tentang upaya pelestarian budaya yang dilakukan secara terus-menerus melalui inovasi dan kreativitas yang relevan dengan perkembangan zaman.