Siaga Bahasa: 08112654302 Email: balaibahasadiy@kemdikdasmen.go.id

Informasi

Berita

Evaluasi Festival Musikalisasi Puisi Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2024

Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Rapat Evaluasi Festival Musikalisasi Tingkat DIY Tahun 2024 pada Kamis, 12 Desember 2024 di Aula Integritas, Balai Bahasa Provinsi DIY. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi penyelenggaraan program Festival Musikalisasi Tingkat DIY Tahun 2024 serta menyusun rekomendasi sebagai bahan perbaikan program ke depan.

Peserta kegiatan adalah 12 orang guru pendamping dari sekolah asal finalis dan sekolah yang cukup proaktif mengikuti kegiatan Festival Musikalisasi Puisi Tingkat DIY Tahun 2024. Peserta cukup antusias berdiskusi dengan narasumber terkait dengan musikalisasi puisi. Narasumber yang hadir adalah Ni Made Purnama Sari (sastrawan), Agus Prasetya (sastrawan), dan Ari Sumarsono (musisi).

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Plh. Kepala Balai Bahasa Provinsi DIY, Joko Sugiarto. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa Festival Musikalisasi Puisi merupakan salah satu bagian dari upaya pembinaan penutur bahasa, khususnya dalam peningkatan apresiasi sastra. Dalam pertemuan ini diharapkan dapat dirumuskan rekomendasi tahapan pelaksanaan pembinaan yang ideal dengan fokus utamanya adalah pembelajaran.

Setelah acara pembukaan selesai, acara diisi dengan pemaparan evaluasi oleh narasumber, lalu dilanjutkan dengan diskusi bersama peserta. Narasumber pertama, yaitu Agus Prasetya atau akrab disapa Agus Leyloor menyampaikan bahwa kendala dalam Festival Musikalisasi Puisi selama ini, antara lain, ialah pemilihan puisi yang kurang akrab di telinga calon peserta lomba dan vokal yang justru tertutup alat musik elektrik sehingga pesan puisi tidak tersampaikan. Ke depan, Agus leyloor menyarankan agar penyelenggara lomba musikalisasi puisi mempertimbangkan pemilihan puisi yang sangat dikenal atau akrab di telinga masyarakat.

Narasumber kedua, yaitu Ni Made Purnamasari menyampaikan bahwa umumnya ditemukan karya-karya yang amat beragam, baik dari sisi musikalitas, garapan teknik, maupun interpretasi terhadap materi puisi. Namun, tak jarang didapati karya yang berpeluang masuk nominasi justru terpaksa gugur karena peserta luput mengikuti juknis. Selain itu, tak jarang didapati beberapa peserta yang terjebak hanya melagukan instrumen musik, bukan membuat melodi untuk puisi itu sendiri. “Saya secara pribadi meyakini bahwa musikalisasi puisi tidak harus dengan format band yang serba semarak. Memang ada tuntutan untuk menyegarkan musikalisasi puisi serta menyesuaikannya dengan zaman yang berkembang, tetapi bagi saya tetaplah di atas semua itu yang dikedepankan adalah kemudahan mengapresiasi dari berbagai kalangan,” ujarnya.

Ari Sumarsono atau Ari Blothong selaku narasumber ketiga menyampaikan bahwa secara keseluruhan kegiatan dari pelatihan sampai dengan seleksi berjalan dengan baik walaupun ada beberapa kekurangan yang bisa diambil hikmah untuk bisa dijadikan perbaikan pada kegiatan selanjutnya. Ia memberikan saran, antara lain, (1) perlu pengembangan dan pembinaan terhadap para pembimbing atau guru yang terkait dalam pembelajaran musikalisasi puisi di sekolah; (2) banyak sarana dan prasarana yang masih kurang

mendukung kegiatan tersebut, seperti alat musik, sound system, dan tempat berlatih; serta (3) perlu memaksimalkan kegiatan dengan adanya workshop terhadap para pendidik yang ada di sekolah-sekolah yang mengikuti Festival Musikalisasi Puisi.

Pada akhir kegiatan dirumuskan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan perbaikan penyelenggaraan Festival Musikalisasi Tingkat Nasional. Rekomendasi tersebut, antara lain, meliputi (1) instrumen musik perlu diminimalkan (diutamakan menggunakan alat musik akustik); (2) puisi wajib dipilih yang akrab/familier; (3) Festival Musikalisasi Puisi dilaksanakan secara luring; (4) kriteria penilaian pemenang favorit berdasarkan jumlah penyuka (likes) ditiadakan; (5) pembinaan dalam bentuk workshop/bengkel musikalisasi puisi sebagai bagian dari Festival Musikalisasi Puisi perlu dilaksanakan pada tahap prapelaksanaan; (6) diperlukan wadah pertemuan antara komunitas dan sekolah untuk mendiskusikan simpul-simpul kesastraan; dan (7) perlu dibentuk komunitas sastra di sekolah/kabupaten. (ENF)

  • CIOBET88 4D SLOT

    SLOT GACOR HARI INI CIOBET88

    LIVE SCORE BOLA CIOBET88