Dalam rangka memeriahkan Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2025 yang mengusung tema “Bahasa Indonesia Berdaulat, Indonesia Maju”, Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Diskusi Internasional BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Kegiatan yang dilaksanakan di Yogyakarta ini diikuti oleh 45 mahasiswa BIPA dari berbagai lembaga penyelenggara BIPA di DIY. Para peserta berasal dari 24 negara: Afghanistan, Azerbaijan, Bangladesh, Kamboja, Cina, Indonesia, Kenya, Kepulauan Solomon, Madagaskar, Malawi, Mesir Myanmar, Nigeria, Pakistan, Prancis, Rwanda, Sierra Leone, Singapura, Sudan, Tanzania, Thailand, Timor Leste, United States, dan Yaman. Banyak dari mereka tampil memukau dengan mengenakan pakaian adat khas negara masing-masing. Hal ini menciptakan suasana yang meriah dan berwarna.
Diskusi Internasional ini menjadi ajang interaksi lintas budaya yang mempertemukan penutur asing pengguna Bahasa Indonesia. Para peserta membahas beragam topik menarik yang terbagi ke dalam enam bidang, yaitu politik, ekonomi, lingkungan, pendidikan, sosial budaya, dan teknologi.
Hadir sebagai penambat yang mengarahkan jalannya diskusi, yakni Dr. Ari Kusmiatun, M.Hum. dan Rishe Purnama Dewi, M.Hum.. Keduanya dikenal sebagai pengajar BIPA berpengalaman dengan karier ke-BIPA-an yang tidak diragukan lagi. Di bawah arahan mereka, setiap topik menjadi menarik untuk dibahas.
Hampir seluruh peserta menunjukkan antusiasme tinggi dan cukup aktif dalam mengemukakan pendapat. Dari seluruh sesi yang berlangsung, topik tentang pencarian pasangan hidup melalui aplikasi teknologi menjadi bahasan penutup dan paling menarik yang mengundang gelak tawa sekaligus refleksi dari para peserta.
Untuk menambah semarak kegiatan, panitia menyiapkan beberapa suvenir dengan kategori unik, seperti Lembaga BIPA dengan respon tercepat yang diraih oleh Universitas Alma Ata; peserta yang mendaftar paling awal yang diraih oleh mahasiswa asal Nigeria, Busari Afeez Babatunde; peserta diskusi teraktif yang diraih pleh Afandee Bensulong dari Thailand dan Intan dari Cina; peserta diskusi paling konsisten menggunakan Bahasa Indonesia diraih oleh Omer Abdelnasir Hammad Ahmed dari Sudan; serta peserta dengan pakaian adat ter-fesyen yang diraih oleh delegasi Madagaskar dan Sierrra Leone.
Dalam sambutannya, Kepala Balai Bahasa Provinsi DIY menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata diplomasi budaya yang memperkuat posisi Bahasa Indonesia di kancah internasional. Melalui kegiatan semacam ini, Bahasa Indonesia tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga jembatan persahabatan antarbangsa.
Diskusi Internasional BIPA tahun ini diharapkan dapat semakin menumbuhkan kecintaan penutur asing terhadap Bahasa Indonesia serta memperluas jejaring persahabatan budaya di tingkat global. (NH)