Yogyakarta–Selaras dengan Perda DIY Nomor 2 Tahun 2021, Pergub DIY Nomor 64 Tahun 2013, dan Pergub DIY Nomor 43 Tahun 23 dalam pemeliharaan dan pengembangan bahasa, sastra, dan aksara Jawa, Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengadakan program Revitalisasi Bahasa Daerah. Program tersebut terdiri atas serangkaian acara yang telah dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi DIY. Puncak acaranya ialah Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Kegiatan FTBI dilaksanakan pada Sabtu, 16 November 2024 bertempat di Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949.
FTBI digelar dengan tujuan untuk memperkenalkan, melestarikan, serta mempromosikan betapa pentingnya bahasa ibu sebagai salah satu identitas budaya bangsa. Dihadiri oleh kurang lebih 1.200 tamu undangan, FTBI dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi dengan pemberian penghargaan terhadap lembaga mitra dalam pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra, pegiat bahasa dan sastra, serta lembaga yang berpraktik baik dalam pengutamaan bahasa Indonesia. Sementara itu, sesi kedua diisi dengan acara penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba dan penampilan pemenang lomba dalam rangka FTBI yang meliputi Lomba Maos Aksara Jawa dan Lomba Musikalisasi Gurit. Ribuan orang yang turut memeriahkan FTBI tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pemangku kepentingan, siswa dan guru sekolah dasar dan sekolah menengah, sastrawan, budayawan, hingga masyarakat umum.
Dengan mengusung tema “Ngundhuh Wohing Basa Jawa”, FTBI DIY 2024 diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk lebih menghargai dan mencintai bahasa Jawa. “Kegiatan akhir revitalisasi bahasa daerah yang diselenggarakan merupakan salah satu ikhtiar Balai Bahasa Provinsi DIY dalam rangka turut serta mengupayakan pelestarian bahasa daerah di Provinsi DIY,” papar Dwi Pratiwi selaku Kepala Balai Bahasa Provinsi DIY.
Hal serupa juga dijelaskan oleh Sekretaris Daerah DIY, Drs. Beny Suharsono, M.Si., dalam pembukaan FTBI, “Festival ini merupakan wujud nyata dari komitmen kita bersama untuk merawat dan melestarikan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Beny juga menjelaskan betapa pentingnya bahasa Jawa dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta. “Bahasa Jawa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga identitas budaya dan perekat nilai-nilai luhur yang menghidupkan setiap sudut tanah di Yogyakarta. Di dalam bahasa terkandung kearifan lokal, filosofi hidup, serta cerita tentang jati diri dan karakter masyarakat Jawa yang luhur,” papar Beny.
Beny mendukung penuh adanya FTBI serta mengajak masyarakat, khususnya anak-anak muda untuk terus menggunakan serta memahami makna bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. “Melalui kegiatan ini kita bersama-sama menanamkan kembali cinta terhadap bahasa Jawa di hati generasi muda. Mari, kita dorong mereka untuk tidak hanya menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memahami makna yang terkandung di dalamnya,” tambahnya.
Melalui FTBI yang telah terlaksana, diharapkan semangat pelestarian bahasa dan sastra Jawa makin mengakar di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. Dengan adanya kegiatan ini, Balai Bahasa Provinsi DIY berkomitmen untuk terus mendukung revitalisasi bahasa daerah sebagai upaya untuk menjaga kelestarian warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. (MUN)