Yogyakarta–Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pembukaan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun Penilaian Calon Penerima Penghargaan Bahasa dan Sastra pada hari Kamis, 7 November 2024. Kegiatan tersebut berlangsung selama selama 2 hari dan bertempat di Hotel Grand Rohan Jogja. Diskusi kelompok terpumpun (DKT) tersebut dilaksanakan sebagai upaya persiapan Festival Tunas Bahasa Ibu yang akan digelar pada pekan depan di Monumen Serangan Umum Satu Maret. DKT digelar untuk menentukan pemenang dan nomine dalam beberapa kategori penghargaan yang berfokus pada pengembangan dan pelestarian bahasa daerah (bahasa Jawa). Kegiatan ini dihadiri oleh panitia serta juri dari kalangan dosen dan praktisi.
Penghargaan Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi DIY diharapkan dapat menjadi salah satu momen penting masyarakat untuk lebih menghargai dan melestarikan bahasa dan sastra Jawa untuk memperkuat identitas budaya lokal. “Harapan kami adalah ajang ini dapat memberikan semangat kepada para penulis dan sastrawan dalam berkarya karena ini akan menjadi momentum untuk mencintai dan melestarikan bahasa daerah,” tutur Linda Candra selaku Kepala Subbagian Umum, Balai Bahasa Provinsi DIY.
Penghargaan yang diberikan terdiri atas lima kategori, yaitu Media Massa Pengapresiasi Bahasa dan Sastra Jawa, Sekolah Pelestari Bahasa Jawa, Pegiat Sastra Jawa, Lurah Pengguna Bahasa Jawa, dan Karya Sastra Berbahasa Jawa. Penghargaan tersebut diberikan guna mengapresiasi kontribusi dari beberapa pihak yang turut aktif dalam melestarikan bahasa dan sastra Jawa melalui media massa, lembaga pendidikan, pegiat, kepemimpinan lokal, serta karya sastra. “Kami berharap bahwa melalui ajang ini kami bukan sekadar memberikan penghargaan, melainkan juga motivasi bagi para sastrawan dan praktisi untuk senantiasa menghasilkan karya terbaik dan berinovasi melalui karya,” papar Linda.
Festival Tunas Bahasa Ibu yang akan diselenggarakan diharapkan dapat menjadi salah satu wadah bagi masyarakat serta para pegiat bahasa dan sastra untuk menjaga keanekaragaman budaya dan bahasa daerah serta dapat memberikan motivasi kepada para generasi muda untuk selalu mencintai dan melestarikan bahasa ibu mereka di tengah pesatnya arus globalisasi dan modernisasi. (MUN)