Pelatihan Penulisan Cerita Pendek Berbahasa Jawa sebagai Model Revitalisasi Bahasa Daerah
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Kemah Tunas Bahasa Ibu selama 5 hari, Selasa—Jumat (10—13/01/2023). Kegiatan Kemah Tunas Bahasa Ibu yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan penulisan cerita pendek untuk siswa tersebut diharapkan dapat menjadi model yang diterapkan di berbagai organisasi perangkat daerah dalam upaya revitalisasi bahasa daerah.
“Ini akan kami jadikan model. Ini akan kami laporkan ketika kami berkoordinasi dengan dinas terkait. Mudah-mudahan dinas terkait bisa menerapkan pola ini karena ini sudah ada kurikulumnya,” ungkap Kepala Balai Bahasa Provinsi DIY, Dra. Dwi Pratiwi, M.Pd. saat acara penutupan Kemah Tunas Bahasa Ibu di Ruang Poerwodarminta, Jumat (13/01/2022).
Kegiatan yang bertempat di Balai Bahasa Provinsi DIY tersebut diikuti oleh 6 peserta, terdiri atas 3 siswa SD dan 3 siswa SMP. Peserta yang dipilih merupakan peserta yang berbakat dalam kepenulisan bahasa Jawa dan memiliki minat terhadap budaya Jawa.
Kemah Tunas Bahasa Ibu merupakan tindak lanjut dari Program Merdeka Belajar Episode ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah yang sudah diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kegiatan dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, melalui Balai dan Kantor Bahasa di 13 provinsi, termasuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kegiatan bertujuan melatih para siswa SD dan SMP untuk lebih intensif dalam menulis cerita pendek berbahasa daerah. Hasil penulisan para siswa akan diterbitkan menjadi buku kumpulan cerpen berbahasa daerah dari 13 provinsi. Buku kumpulan cerpen tersebut akan diserahkan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada peringatan hari Bahasa Ibu tahun 2023.
Suciati Ardini Pangastuti, kurator pelatihan, mengaku sangat bangga dan bahagia melihat antusiasme dan hasil penulisan peserta. Wanita yang merupakan seorang novelis dan pegiat sastra Jawa di Daerah Istimewa Yogyakarta itu menilai para peserta sangat berbakat, antusias mengikuti pelatihan, dan tidak malu bertanya kepada pelatih yang mendampingi.
“Yang hebat itu anak-anak. Awal-awal saya terangkan unsur-unsur cerita pendek saja seperti setting, tokoh, dan plot. Setelah itu, saya minta mereka menceritakan pengalaman mereka yang paling berkesan. Karena menuliskan tentang pengalaman mereka sendiri, mereka menulis tanpa ada tekanan. Menulisnya bahagia, sampai sudah pukul 4 pun masih asyik menulis. Saya bangga dan bahagia,” paparnya.
Menanggapi pelaksanaan kegiatan ini, guru SMP Negeri 15 Yogyakarta, Retno Handayani, menyatakan bahwa kegiatan seperti ini dapat menjadi motivasi bagi anak untuk menulis. Selain itu, sekolah juga terbantu karena akan ada peserta didik yang dapat dijadikan pionir literasi di sekolah. (Wry/Son)